Cerita Ukhty Part 9
"Mbak namanya siapa? rumahnya dimana?", tanya bapak tukang becak sambil terus menggowes becaknya mencoba basa basi
. ngontrak pak di da.. da..erah Ngewejaya", kataku terbata karena ketakutan
Kami melewati jalanan kota yang padat kendaraan. Bapak tukang becak cukup lihai mencari jalan2 tikus sehingga perjalanan kami tidak terjebak kemacetan yang terjadi di ruas jalan utama. Setelah 10 menit mengayuh sepedanya, bapak itu mulai memelankan laju sepedanya
Sampai pada akhirnya bapak itu berhenti, aku sampai terkejut kenapa dia malah berhenti disebuah warung. Jantungku semakin berdegup kencang. Diwarung ini lumayan banyak orang dan semua yang ada disana ternyata pria. Mata mereka seketika memandang kearahku. Kulihat ada beberapa bapak tukang becak lainnya, bapak ojol, dan bapak2 yang sepertinya tidak bekerja dan hanya ngopi saja di warung itu mengenakan singket putih lusuh. Mereka terus memandang ke arah tubuhku
"Bapak2, Mbak ini namanya Mbak Rista, kesini katanya mau berbagi", kata Bapak tukang becak sambil memperkenalkan diriku.
"Berbagi apa nih pak Dirno? Kenapa mbaknya bajunya nerawang gitu? Tanktopnya sampai keliatan lalu sempaknya malah ngga nutup sama sekali, keliatan itu teteknya nonjol sama jembutnya", tanya bapak ojol yang rupanya kenal bapak tukang becak. Matanya terus menatapku tajam
"Eehh.. Pak.. Bukan gini maksud saya...", Aku jadi panik tak bisa berkata
"Mas, utangku mangan wingi tak saur nggawe mbak'e yo? heheheh.." (Mas utangku makan kemarin saya bayar pakai mbaknya ya?), kata Pak Dirno sambil terkekeh
"Iya boleh Pak, monggo.. silakan. Heheheh", jawab penjaga warung juga turut tersenyum menyeringai sambil menyiapkan meja"
"Tutup sebentar aja pak warungnya", saran bapak tukang ojek dan Mas Penjual Warung lamgsung menutup sebentar warungnya.
Suasana mendadak gelap. Hanya lampu remang2 yang menyinari kami didalam. Ditambah lagi, karena ruangan pengap dan tertutup sehingga membuat suhu didalam menjadi terasa panas dan gerah.
Tubuhku dibaringkan diatas meja olehnya. Seketika bapak2 semua yang ada diwarung mengelilingi tubuhku yang sudah terlentang diatas kasur
"Mbak Rista, mau berbagi tubuhnya ke bapak2 semua. Saya lagi baik nih pak tidak saya nikmatin sendiri. Hehe.. selamat menikmati bapak bapak", kata Pak Dirno sambil memegangi kedua tanganku keatas dalam posisi terbaring
"Beneran nih pak? Mbaknya ikhlas?", kata seorang bapak yang masih ragu
"Ikhlas pak. Mana ada cewek berpakaian seperti itu. Ini cewek kerudungan tapi lonte pak, kayaknya lagi depi orderan. Heheheh", Kata Pak Dirno
"Cantik2 kok sepi toh mbak.. Mbakmya kemahalan kali pasang tarifnya. Hahahah", goda Pak Ojek sambil mulai mengelus kakiku yang terus meronta
"Ayo pak jangan lama2 keburu nanti digrebek", kata Mas penjaga warung mengingatkan
"Iya juga ya... Daripada jadi pada curiga. Heheheh.. Yasudah ayo..", kata bapak singlet putih yang kepalanya botak
Mereka sudah memandangiku sangat bernafsu. Wajah mereka tersenyum sumringah melihat kepasrahanku. Aku begitu ketakutan membayangkan apa yang akan terjadi.
"Pak.. jangan.. bukan gini maksud saya..", kataku ketakutan sambil mencoba melawan dengan sisa tenaga yang ada
*Aku kebingungan disituasi seperti ini, aku tau ini salah.. Tetapi aku merasa ini adalah kewajibanku! Aku wajib bersedekah dengan tubuhku yang dulu kujaga ini kepada mereka, jika tidak aku sedekahkan justru aku merasa berdosa sekali*, hatiku begitu bimbang, entah mengapa aku malah berpikir seperti itu
Mereka benar2 menganggapku seorang pelcaur yang sudah sering melayani Pria.. Padahal aku adalah seorang akhwat yang sudah berusaha taat pada agamaku..*
"Yaudah ayoo mulai", kata penjaga warung sudah tidak tahan sambil melucuti celananya
Gamisku langsung disingkap keatas oleh mereka, dan lubang vaginaku langsung menjadi target utama mereka. Celana dalamku yang berupa tali itu diselipkan dan digesekkan ke sela sela dinding vaginaku
"Ooouuhh.. Pak...", desahku. Tangan2 kasar bapak-bapak itu mulai berebutan berusaha menyentung kelaminku
"Memekmu indah sekali Mbak Rista", puji seorang bapak yang tak kukenal namanya itu sambil menusukkan telunjuknya kedalam vaginaku
Kakiku kupasrahkan mengangkang membiarkan tangan-tangan kasar bapak ini mengocok alat kelaminku. Bukan hanya 1 tangan, tetapi 3 tangan sudah berebutan memainkan alat kelaminku. Jemari mereka terus mengocok bagian dalam vaginaku. Jari yang lain pun mengucek-ucek clitorisku dengan kecepatan tinggi. Sebentar saja, keringatku sudah mulai membasahi tubuhku karena dikelilingi bapak2 yang tak kukenal ini menjadi gerah. Lama kelamaan kurasakan vaginaku terasa panas dan juga pedas. Aku merintih sejadi-jadinya karena rasa panas yang menyiksa pada kulit vaginaku
"Aaaaahhhhh... Ouuuuhhh.. Sakittt..Perihhh"
"Oiya, Bapak sampai ngga sempat cuci tangan gara2 dikasih kesempatan cabulin gadis secantik kamu. Maaf ya Mbak tangan bapak masih belepotan sambal. Paling memekmu sekarang panas ya?", kata bapak ojol sambil terus mengocok vaginaku dengan tangannya yang masih belepotan sambal
"Aaaaahhhh... Pak.. cuci tangan dulu.. Panass pak...", aku mendesah sambil memohon karena rasa panasnya sungguh luar biasa menyiksa
Bapak itu tak peduli permintaanku, tangannya yang masih berlumuran sambal itu terus mengocok vaginaku dengan cepat. Mungkin saat ini vaginaku rasanya sudah berasa aroma bawang karena terkontaminasi sambal yang melekat pada jari2nya. Kurasakan semakin lama vaginaku yang sudah banjir ini terasa semakin panas dan perih membuat perasaan yang cukupenyiksa
"Ssshh.. Sakit Pak... Sudaaahhhh... Adduuuhhh..", pintaku sambil mencoba menahan tangannya yang terus mengocok area intimku
"Sudah om.. Kasian mbaknya, becek-becek perih. Heheheh", kata Pak Dirno
Bapak itu akhirnya setuju, dihentikannya jemarinya mengocok memekku. Lalu untuk membersihkan sisa sambal yang menempel pada bagian dalam vaginaku. Seorang bapak mengambil sepotong es batu yang bentuknya pipih dari dalam gelas yang berisi es teh, lalu dengan es batu itu, ia mulai membasuh vaginaku
Tubuhku sampai tersontak kuat saat rasa dingin mulai menjalar pada kelaminku. Tetap ada sedikit perasaan perih dan tidak nyaman saking nyelekitnya suhu es batu itu pada vaginaku. Kurasakan seluruh vaginaku mendadak semakin terasa sejuk dan dingin. Es Batu itu pun terasa sedikit lengket pada bibir vaginaku saking dinginnya.
"Ouuhh Pak.... Sudaahh.. Sshhh..", desahku mulai tak terkendali
Ditempel-tempelkannya benda dingin yang lama2 mencair itu terus ke area kelaminku. Aku mencoba menahan untuk tidak mendesah lagi karena semakin aku mendesah maka harga diriku semakin hilang. Bibirku kututup rapat saat bapak itu mengusap seluruh sisi vaginaku dengan es batu.
Aku benar2 tak menyadari kalau kakiku semakin mengangkang memberikan jalan agar es batu itu bisa menyeka seluruh vaginaku. Sedikit demi sedikit rasa panasnya hilang, tetapi lama2 kurasakan es batu itu pun mulai mencair. Menyisakan air yang terasa dingin membasuh vaginaku.
"Baju ga ada fungsinya nih. Hahaha", kata bapak yang menarik gamisku lalu dilemparkannya ke lantai, kemudian tanktop yang kukenakan pun berakhir sama, dilemparkan oleh mereka ke lantai
Tubuhku hanya menyisakan beha dan cd tali yang juga tidak menutup sama sekali. Lalu dalam posisi duduk, merek berebutan meremasi dan memainkan puting susuku. Tangan2 mereka dengan nakal mencoba menyusup sambil terus memberikan rangsangan pada kedua puncak gunung kembarku itu. Tubuhku menggelinjang sexy ke kiri dan ke kanan perlahan, betapa nikmat yang kurasakan saat tangan mereka menjamah aurat2ku yang slalu kujaga
"Bagus banget tetekmu Mbak, pentilmu juga mungil ga kayak punya istri saya yang sudah kendor", puji salah seorang bapak sambil terus memilin puting susuku seperti sedang memutar kenop radio
"Sange ya kamu pentilmu kami mainkan. Hehehe", kata tukang becak lainnya
Seorang bapak2 yang sudah telanjang dada dari belakang tiba2 meremasi kedua payudaraku bersamaan. Menyandarkan tubuh langsingku kepada tubuhnya yang gemuk penuh bulu. Kulitku terlihat sangat kontras paling cerah saat duduk diantara mereka. Bapak2 yang lain berusaha menciumi tubuhku dengan bibir serta kumisnya yang tebal itu
"Angkat tanganmu cantik, bapak kepingin jilatin ketiakmu yang wangi"
Kuangkat kedua lenganku keatas pasrah dan kuletakkan tanganku diatas kepala. 2 orang bapak2 mulai menciumi dan menjilati ketiakku yang sudah berkeringat basah itu, karena suasana didalam warung ini pengap dan tertutup rapat. Kedua ketiakku yang berkeringat langsung dijilati oleh mereka dengan lahap. Ciuman dsn lumatan mereka membuatku semakin kelojotan akibat sensasi geli yang luar biasa
Dalam posisi tetap seperti ini, kedua kaki kembali dibuka, tubuhku masih bersandar pada perut seorang bapak yang badannya gemuk dan dadanya berbulu itu. Kemudian Pak Dirno yang mengantarkan aku tadi kepalanya sudah berada diantara pahaku. Lidahnya mulai perlahan menjilati garis lubang vaginaku. Terasa begitu basah dan berlendir, yang pasti liurnya semakin lama tercampur dengan lendir pelumas yang diproduksi oleh organ intimku
"Ssssshhhh... Aaaahhh..Aaahhh", tubuhku bergoyang hebat menerima rangsangan hebat ini. Tak terasa tubuhku malah bergoyang goyang dirangsang total seperti itu. Ketiak diciumi, leherku digigiti, payudaraku dikulumi, serta vaginakupun dijilati. Semua rangsangan ini benar2 sudah membawaku merasakan nikmatnya tubuh seorang wanita ketika dirangsang bersamaan. Hal yang tidak bisa dirasakan jika hanya melayani 1 pria. Tanpa sadar aku terbuai dalam permainan, tubuhku semakin bergoyang dengan nakal terbawa nikmat syahwat yang menggebu, aku seolah lupa statusku adalah akhwat yang seharusnya menjaga kesuciannya. Tapi saat ini dimata mereka, aku hanyalah wanita berkerudung yang binal dan nakal seperti seorang pelacur
Sudah hampir 10 menit posisiku masih sama duduk bersandar sambil mengangkang. Kedua tanganku masih kuangkat keatas membiarkan bapak-bapak ini bergantian menciumi dan menjilati ketiakku. Puting susuku pun rasanya sudah mengeras maksimal karenal meneteki seluruh bapak2 diruangan ini secara bergantian, sedangkan lubang vaginaku sudah dijilati oleh aaah sudahlah aku tidak bisa mengingat mereka satu persatu.
"Aaaahhh.. Ouuuhhh.. Aahhh.. Sssshhh..", rancauku menerima rangsangan demi rangsangan yang sangat menyiksa penuh kenikmatan ini
"Masa sih cantik cantik belum punya pacar? kalau gitu Mbak Rista jadi pacar saya saja. Biar saya bisa nikmatin tempik mbak rista setiap saat", kata Mas pemilik warung
Salah seorang bapak pun akhirnya mendaratkan ciumannya ke bibir tipisku, dilumatnya bibirku dan disapunya lidahku oleh lidahnya dengan ganas. Aku berusaha meronta dan menghindar karena rasanya sangat tidak nyaman, namun sayangnya dia terus memaksa menciumku. Akhirnya aku sudah tak sanggup menghindar dan bibirku pun sudah dikuasainya Lidah kami saling beradu didalam rongga mulut yang saling bertemu. Liurku sampai menetes netes karena bibir tipisku dipaksa terus terbuka menerima liurnya.
Lalu bapak gemuk dibelakangku menarik kepalaku dan memaksa kepalaku untuk menoleh kebelakang. Kali ini bapak gemuk yang menahan tubuhku dari belakang itu menciumiku dengan beringas sambil kedua tangannya meremasi gunung kembarku. Aroma rokok yang kuat terasa sekali pada rongga mulutnya. Remasan pada pyayudaraku juga sangat kuat sehingga membuatku sedikit merasakan sakit pada tiap remasannya. Aku mencoba menahan rasa sakit dan lebih berkonsentrasi pada aroma nafas saat mulutnya terus melumat bibirku yang tipis ini. Lidahku terus dilumatnya habis, bersamaan dengan liurku yang terasa ia hisap sampai habis pula
Tubuhku tiba2 bergetar getar hebat. Pertama kali aku merasakan seperti ini. Antara rasa malu dan nikmat bercampur menjadi satu. Kurasakan vaginaku terasa terbuka tanda tubuhku sebenarnya sudah sangat siap untuk disetubuhi. Namun karena sepakat untuk tidak berhubungan badan, bapak2 itu sama sekali tidak menusukkan penisnya pada vaginaku. Justu saat ini malah aku yang memikirkan rasanya dimasuki alat kelamin mereka satu persatu. Membayangkan hal itu saja tak terasa membuatku semakin birahi tak karuan
"Keluarin aja mbak ga usah ditahan", kata seorang bapak ojel online yang terus mengucek vaginaku dengan cepay
"Aaahhh.. Aduuuhhhh... Jangan disini pakk.
*sret sret sret* lendir cintaku muncrat beberapa kali, menyemprot membasahi meja makan warung ini, karena tak sanggup kutahan lagi
Lalu kurasakan kembali sebuah jilatan yang cukup intens menyapu sisa2 cairan lendir kelaminku. Tubuhku bergetar hebat kembali saat vaginaku yang masih terasa sensitif itu disentuh. Mereka tidak memberikanku kesempatan untuk istirahat. Ingin rasanya kututup kakiku rapat-rapat sesaat karena saat ini vaginaku sedang terasa geli dan sangat sensitif akibat selesai orgasme
*Ya Tuhan, spa yang terjadi dengan tubuhku. Tubuhku sangat menikmati perlakuan kurang ajar mereka*, kstaku dalam hati disela2 kenikmatan ini
Aku berusaha menutup kakiku rapat agar mereka menghentikan sentuhan mereka pada area kelaminku, namun sayangnya kedua kakiku malah dipegangi dan ditahan agar terus mengangkang lebar memberikan akses kepada mereka untuk terus menjilati dan mengocok2 vaginaku sesuka mereka
*serrr serrr serrrrrr* kembali aku menembakkan cairan bak air mancur
Tubuhku lemas tak berdaya setelah aku orgasme kedua kalinya. Namun mereka sama sekali tak memberikanku waktu istirahat. Pak Dirno, menarik tubuhku yang lemas dan diposisikan menungging. Betapa malunya diriku diperlakukan seperti ini. Mereka terdiam memandangi lubang vaginaku dan anusku. Tidak menunggu waktu lama, sebuah jari telunjuk mulai bermain mengitari lubang anusku. Mataku terbelalak menyadari mereka mulai bermain2 pada lubang haram itu
Bapak itu terus meraba lubang pantatku itu dengan nakal. Sesekali telunjukanya dimasukkan sedikit ke lubang anusku. Lalu sebuah tangan yang lain sudah mulai mengincar lubang vaginaku kembali. Garis pantatku dibukanya lebar sehingga kedua lubang tubuh bawahku tanpak jelas. Yang satunya mulai terbuka yang satunya lagi mulai menganga. Tangan2 mereka terus merangsang area anus dan vaginaku dengan sedikit tusukan dan belaian nakal. Kurasakan sebuah benda masuk ke lubang anusku. Rupanya mereka mulai menancapkan satu persatu sedotan ke lubang anusku Kepalaku sampai mendongak keatas
"Bapak2 ngapainnn aahh..", desahku semakin terang2an karena sudah tertanam beberapa sedotan ke lubang anusku
Kulihat kebelakang, mereka tersenyum menyebalkan memandangi lubang pantatku yang sudah dipenuhi sedotan
"1..2..3..4..5..6..7..8..9..10..11..12..13..14..15..16..17..18, ada 18 sedotan nih ya sudah nancep di lubang bokongnya Mbak Rista. Heheheh", ujar Pak Dirno memandangiku yang sedang melihat kebelakang memastikan kondisi pantatku yang sudah tertancap 18 sedotan. Rasanya lubang pantatku begitu terbuka saat ini. membuatku semakin malu saja, dihadapan para bapak2 ini dalam posisi anus tertancap 18 sedotan
Kepalaku menegang ketika sebuah sedotan ditarik dan ditancapkan. Belum lagi jari2 mereka bergantian mulai menusuk2 perlahan lubang vagina kembali. vaginaku terasa semakin terbuka dan belum lagi lubang anusku yang terasa semakin kedutan dan melebar serasa ingin kuberteriak
*Jangan siksa aku pak, setubuhi aku sajaaa... Ya Tuhann apa yang kupikirkan. Bagaimana bisa aku berharap mereka menyetubuhiku saat ini. tubuhku benar2 menikmati pencabulan mereka kepadaku..* pikirku dalam hati
"Sssshhh...", aku hanya mampu mendesis pelan berusaha menahan libido yang semakin memuncak
"Tempikmu gatal ya mbak sekarang? Suka ya dicolok2 gini? Masih becek terus aja. Haha.." kata bapak kaos dinglet yang saat ini menjilatiku membuatku tersipu malu
Payudaraku yang menggantung bebas pun tak luput dari jemahan bapak2 pengunjung warung ini. Sentuhan-sentuhan mereka benar2 membuyarkan imanku dan merobohkan keyakinanku. Aku benar2 menikmati pencabulan mereka kepadaku. Bahkan pinggulku kugoyang2kan karena aku sudah lupa martabatku sebagai seorang muslimah. Beberapa kepala menyusup kebawah untuk menjilati puting susuku yang menggantung
"Aaaakhhhhh.. jangann.. Oouuhh.. sakit pakkkk..", Bapak itu beneran menggigit clitorisku tanpa menunggu persetujuanku hingga membuat tubuhku tersedak
Tubuhku lagi lagi bergetar hebat, nafasku sudah memburu dan keringat dingin sudah membasahi seluruh tubuhku. Kepalaku terasa paling gerah karena mereka tidak melepas kerudungku
"Bapak2, Kita sudahi yuk. Saya mau buka warung lagi nih pak", ajak pemilik warung karena dia ingin segera membuka warungnya lagi.
"Iya pak, yasudah ayo kita pejuin tubuh lonte ini rame2", ajak Pak Dirmo dan disetujui oleh bapak2 yang lain.
Mereka tanpa malu malu mengelilingi tubuhku yang terlentang sambil mengeluarkan batang2 penis mereka. Mereka lalu mengocok alat kelamain mereka bersamaan sambil memandangi tubuhku
Akupun memainkan vaginaku sendiri dihadapan mereka. Tanganku mulai perlahan mengocok vaginaku yang sudah basah dijilati dan dicabuli oleh bapak2 itu sedari tadi. Entah sepertinya tubuhku sudah biasa melakukan masturbasi ini. Wajah mereka sangat bernafsu memandangiku yang sedang masturbasi dihadapan mereka. Kubuang harga diriku untuk sesaat, menyingkirkan status muslimah taatku menjadi gadis yang sedang masturbasi dihadapan para bapak2. Kocokan mereka pun semakin cepat, beberapa ada yang melenguh saking menikmatinya
"Mbak buka tempikmu!"
Akupun reflek membuka labia vaginaku lebar lebar memamerkan isinya dihadapan bapak bapak ini. Bapak itu memandangi lubang vaginaku sambil terus mengocok batang kelaminnya dengan cepat
*crot crot crot* penis bapak itu langsung menyemprotkan spermanya ke bibir vaginaku. Rasanya hangat dan meleleh membasahi tepat di sela lubang kelaminku.
"Waaa asyik nih kita buang aja ke tempik Mbak Rista semua yuk pak", ajak bapak tukang becak dan disetujui
Akhirnya mereka mulai berbaris rapi mendekat ke arah vaginaku. Kulihat penis2 mereka mengacung semua menghadap ke arahku. Akupun hanya menunggu sambil memandangi mereka beronani seolah berharap mereka kembali menyiram kelaminku dengan sperma mereka.
Satu persatu mereka menumpahkan spermanya tepat ke bibir vaginaku yang masih kubuka lebar dengan kedua tanganku ini. Beberapa ada yang tepat pada bagian dalam vaginaku yang terbuka dan beberapa ada yang mengenai tangan serta bulu pubisku.
Aku masih membuka vaginaku lebar lebar, menunggu sperma mereka semua jatuh menetes kebawah sembari mengistirahatkan tubuhku yang masih bernafas tersengal sengal. Vaginaku terasa begitu lengket dan bau. Sungguh tumpahan sperma mereka banyak sekali membasahi vaginaku. Untungnya tidak ada yang masuk dirahim jadi akupun merasa aman
"Buat konsumsi pribadi kok mbak. Pose mbak ini sexy sekali. buat saya bacolin sering sering. Heheheh.." kata seorang bapak sambil terkekeh
"Udah jangan ditutupin badan lu. Toh udah kita grepe2 tadi. Hehehe", ujsr bapak singlet putih
Perlahan kubuka kembali tanganku yang menutup dada serta vaginaku. Lalu kembali kubuat kakiku mengangkang dihadapan mereka. Lalu bapak2 yang lain pun mulai ikut memotret poseku yang mengangkang membuka vagina yang berlumuran sperma itu
Dengan tertunduk malu, aku tak punya pilihan selain berpose peace dihadapan kamera mereka sambil menunjukkan vaginaku yang dipenuhi ceceran sperma mereka. Awalnya aku difoto tanpa expresi, namun mereka memintaku tersenyum menghadap ke arah kamera dan akupun melakukannya kuberikan senyum terbaikku
Setelah semua puas, akhirnya mereka mulai mengenakan pakaiannya satu persatu dan mulai meninggalkan lokasi ini secara buru2.
"Pak.. Saya boleh minta tisu...", pintaku kepada pemilik warung yang sudah bersiap membuka kembali warungnya
"untuk apa?", tanyanya sambil mengatur kembali barang dagangannya
"Tisu saya memang gratis buat bersihin sisa makan mbak. Kalau buat bersihin peju, mbaknya bayar saya 20.000 per 5 lembar", godanya
*Hah? Aku harus membayar 20ribu untuk mengambil tisu dan kugunakan untuk membersihkan air mani mereka ke tubuhku? Gila.. Seolah aku yang menginginkan ini semua sehingga harus membayar demi sebuah tissu*
Akupun bangkit setelah beberapa saat rabahan di meja. Sperma mereka langsung jatuh meluber ke meja ini. Lalu kuambil uang 100ribuan yang kukantongi di gamis transparanku dan kuserahkan ke mas penjaga warung
"Waduh, saya ngga ada kembaliannya Mbak. Kembaliannya ngga usah ya.. Itung2 biaya buat mbaknya, karena beruntung bapak2 pembeli di warung saya bersedia menikmati tubuh mbak. Heheheh", lanjut pemilik warung secara tak sadar merendahkanku
*Astghfrlhdzm.. Seolah aku yang bayar mereka untuk menikmati tubuhku* kataku dalam hati
Aku hanya tersenyum kecut karena masih kecapekan. Lalu kuambil beberapa helai tissue dan kubersihkan peju2 kental yang menempel di sekitar vagina serta tanganku
"Nitip bersihkan peju yang dimeja dan lantai juga mbak", perintah Mas Penjaga Warung
"Iyaaaa mas....." jawabku malas2an
Lalu kumeninggalkan warung itu dengan berjalan terseok seok, karena vagina dan anusku rasanya hancur dikocok-kocok kasar dengan mereka, dan kakiku yang terus dipaksa mengangkang serasa mau copot. Aku tutup kembali tubuhku dengan gamis transparan yang kukenakan, tak lupa kerudung panjang untuk menutup to jolan dadaku, dan berharap tidak dikerjai lagi.
Akupun mulai melangkah meninggalkan warung menuju jalan Raya, berharap ada angkot yang bersedia mengantarkanku kembali ke rumah kontrakan. Setelah menunggu beberapa saat, untunglah ada sebuang angkot. Aku tutup tubuhku rapat2 selama di dalam mobil angkutan umum ini. Cukuplah sedekah yang kulakukan hari ini
*Astghfrlhdzm.. aku sampai lupa tidak meminta dokumentasi foto sebagai laporan untuk berandalan itu, teledornya aku Ya Tuhaann..*
**bersambung**